Logika…Apa yang terlintas di pikiran kita saat kita mendengar kata tersebut? Mungkin yag terbersit adalah “segala sesuatu yang dapat ditangkap secara nalar oleh otak kita”. Tetapi benarkah demikian?
Jika sesuatu bisa dikatakan logika apabila dapat ditangkap oleh otak, bagaimana kita bisa yakin bahwa otak kita ini adalah benar? Orang-orang melihat dunia dari sudut pandang yang berbeda. Kita melihat suatu hal benar atau salah tergantung dari sudut pandang kita. Hal-hal yang kita percayai bisa jadi tidak dipercaya orang lain, begitu pula sebaliknya. Hal yang kita yakini bisa jadi hanya jusifikasi semata tanpa memperdulikan pendapat orang lain, karena manusia tak lebih dari makhluk dengan tingkat egoisme yang tinggi.
Setiap individu memiliki jalan pikiran yang berbeda, tak peduli semirip apapun fisik mereka. Jalan pikiran yang berbeda berarti logika yang berbeda. Jika demikian, orang akan memiliki penilaian yang berbeda-beda akan suatu fenomena. Ambil saja contoh, paranormal mempercayai keberadaan makhluk halus, sementara kaum intelek akan menganggap keberadaan makhlus halus sebagai halusinasi belaka. Nah, dari paranormal dan kaum intelek, siapa yang aka kita percayai? Siapa yang logikanya sesuai dengan kita?
Kita juga tidak dapat memaksakan logika kita pada orang lain. Apa yag akan terjadi apabila logika seorang fisikawan dipaksakan pada orang gila? Tentunya akan kacau balau. Dari bahasan diatas, masihkah kita berpendapat bahwa “Logika adalah hal yang dapat ditangkap secara nalar oleh otak kita”?
=====================================================================================
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Isra' ayat 70 : "Dan sungguh, Kami telah Memuliakan anak cucu Adam, dan Kami Angkut mereka di darat dan di laut, dan Kami Beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami Lebihkan mereka di atas banyak makhluk yang Kami Ciptakan dengan kelebihan yang sempurna."
Jadi, dari ayat tersebut, dapat diketahui bahwa manusia oleh Allah SWT telah diberikan suatu kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lain, yaitu akal, dalam hal ini dapat juga dikatakan logika.
Dalam surat Al-Kahfi ayat 109 : “Katakanlah (Muhammad), "Seandainya lautan menjadi tinta untuk menulis) kalimat-kalimat Tuhan-ku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesai (penulisan) kalimat-kalimat Tuhan-ku, meskipun Kami Datangkan tambahan sebanyak itu (pula)."
Ini tentang luasnya ilmu Allah tidak terhingga
Ini tentang luasnya ilmu Allah tidak terhingga
Dari ayat ini, kita mengetahui bahwa pengetahuan di dunia ini sangat banyak, hingga tak dapat tertangkap nalar kita.
Dalam surat Al-Hajj ayat 63: “Tidakkah kau memperhatikan bahwa Allah menurunkan air (hujan) dari langit, sehingga bumi menjadi hijau? Sungguh Allah maha halus, maha mengetahui.”
Dan sebagaimana yang tertulis dalam surat Ibrahim ayat 34: “Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya.”
Pernahkah terpikir dalam pikiran kita, darimana logika itu datang? Nikmat yang diberikan allah itu tak terhingga. Sehingga, mau tidak mau kita akan berpikir, dan logika kita akan berjalan.
Surat Al-Anbiya’ ayat 32-33:”Dan Kami menjadikan langit sebagai atap yang terpelihara, namun mereka tetap berpaling dari tanda-tanda (kebesaran Allah) itu (matahari, bulan, angin, awan dan lain-lain). Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing beredar pada garis edarnya.”
Sampaikah logika kita memikirkan sampai kesana? Pada zaman dahulu, orang-orang berpikir bahwa bumi, matahari dan bulan itu diam, tetapi setelah diadakan penelitian, ternyata, masing-masing
benda langit tersebut meredar pada garis edarnya. Dan, Subhanallah, hal itu telah tersurat dalam al-qur’an jauh sebelum penelitian tersebut. Ternyata logika kita baru sampai kebenaran tersebut pada abad ke 20.
Sebenarnya, cara melogikakan logika itu telah banyak tersurat pada Al-qur’an, karena al-qur’an merupakan sumber pengetahuan yang paling lengkap dan yang paling penting, berasal dari tuhan kita, Allah SWT. Kita bisa mengendalikan logika kita ke arah yang positif karena asal logika itu dari Allah. Jadi, sebenarnya, menurut kami, tidak ada logika yang negatif.